Sabtu, 10 Maret 2012

Persebaya Surabaya

Persebaya Surabaya

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Persebaya Surabaya
Logo Persebaya
Nama lengkap Persatuan Sepak bola
Surabaya
Julukan Bajul Ijo (id: Buaya Hijau) (Inggris: The Green Crocodile)
Kekuatan Hijau (Inggris: Green Force)
Didirikan 1927
Stadion Gelora Bung Tomo,
Surabaya, Indonesia
(Kapasitas: 55.000)
Manajer Edu Harijanto
Pelatih Bendera Portugal Divaldo Alves
Asisten Pelatih Bendera Indonesia Ibnu Grahan
Bendera Indonesia Yusuf Ekodono
Bendera Indonesia Machrus Afif
Dokter Tim Bendera Indonesia Heri Siswanto
Liga Liga Super Indonesia,
2008-09 Divisi Utama, Peringkat 4
(Juara Play-off)
Kelompok suporter Bonek

Kostum kandang
Kostum tandang
Soccerball current event.svg Musim ini
Persatuan Sepak bola Surabaya (disingkat Persebaya) adalah sebuah tim sepak bola Indonesia yang berbasis di Surabaya, Jawa Timur, Indonesia. Persebaya saat ini bermain di Liga Primer Indonesia . Pada akhir tahun 2010, seiring dengan kontroversi penyelenggaraan Liga Primer Indonesia (LPI), Persebaya pecah dan akhirnya melahirkan Persebaya DU sebagai peserta Divisi Utama dengan berlandaskan surat sakti dari Ketua PSSI waktu itu Nurdin Halid.[1]
Contoh logo Bonek dari sekelompok pendukung atau suporter kesebelasan Persebaya Surabaya.
Suporter Persebaya dikenal sebagai bonek (bondo nekat) karena kefanatikannya terhadap Persebaya.

Daftar isi

 [sembunyikan

[sunting] Sejarah

Persebaya didirikan oleh Paijo dan M. Pamoedji pada 18 Juni 1927. Pada awal berdirinya, Persebaya bernama Soerabhaiasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB). Pada saat itu di Surabaya juga ada klub bernama Sorabaiasche Voebal Bond (SVB), bonden (klub) ini berdiri pada tahun 1910 dan pemainnya adalah orang-orang Belanda yang ada di Surabaya.
Pada tanggal 19 April 1930, SIVB bersama dengan VIJ Jakarta, BIVB Bandung (sekarang Persib Bandung), MIVB (sekarang PPSM Magelang), MVB (PSM Madiun), VVB (Persis Solo), PSM (PSIM Yogyakarta) turut membidani kelahiran Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) dalam pertemuan yang diadakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta. SIVB dalam pertemuan tersebut diwakili oleh M. Pamoedji. Setahun kemudian kompetisi tahunan antar kota/perserikatan diselenggarakan. SIVB berhasil masuk final kompetisi perserikatan pada tahun 1938 meski kalah dari VIJ Jakarta.
Ketika Belanda kalah dari Jepang pada 1942, prestasi SIVB yang hampir semua pemainnya adalah pemain pribumi dan sebagian kecil keturunan Tionghoa melejit dan kembali mencapai final sebelum dikalahkan oleh Persis Solo. Akhirnya pada tahun 1943 SIVB berganti nama menjadi Persibaja (Persatuan Sepak Bola Indonesia Soerabaja). Pada era ini Persibaja diketuai oleh Dr. Soewandi. Kala itu, Persibaja berhasil meraih gelar juara pada tahun 1950, 1951 dan 1952.
Tahun 1960, nama Persibaja diubah menjadi Persebaya (Persatuan Sepak Bola Surabaya). Pada era perserikatan ini, prestasi Persebaya juga istimewa. Persebaya adalah salah satu raksasa perserikatan selain PSMS Medan, PSM Makassar, Persib Bandung maupun Persija Jakarta. Dua kali Persebaya menjadi kampiun pada tahun 1978 dan 1988, dan tujuh kali menduduki peringkat kedua pada tahun 1965, 1967, 1971, 1973, 1977, 1987, dan 1990.
Prestasi gemilang terus terjaga ketika PSSI menyatukan klub Perserikatan dan Galatama dalam kompetisi bertajuk Liga Indonesia sejak 1994. Persebaya merebut gelar juara Liga Indonesia pada tahun 1997. Bahkan Persebaya berhasil mencetak sejarah sebagai tim pertama yang dua kali menjadi juara Liga Indonesia ketika pada tahun 2005 Green Force kembali merebut gelar juara. Kendati berpredikat sebagai tim klasik sarat gelar juara, Green Force juga sempat merasakan pahitnya terdegradasi pada tahun 2002 lalu. Pil pahit yang langsung ditebus dengan gelar gelar juara Divisi I dan Divisi Utama pada dua musim selanjutnya.

[sunting] Pemain-pemain terkenal

Persebaya juga dikenal sebagai klub yang sering menjadi penyumbang pemain ke tim nasional Indonesia baik yunior maupun senior. Sederet nama seperti Abdul Kadir, Rusdy Bahalwan, Rudy Keltjes, Didiek Nurhadi, Soebodro, Riono Asnan, Yusuf Ekodono, Syamsul Arifin, Subangkit, Mustaqim, Eri Irianto, Bejo Sugiantoro, Anang Ma'ruf, Hendro Kartiko, Uston Nawawi, Chairil Anwar, dan Mursyid Effendi merupakan sebagian pemain timnas hasil binaan Persebaya dan ada satu lagi pemain Persebaya yang sekarang Mamang terkenal walaupun kecil tapi larinya sangat kencang siapa siapa yang tidak tahu dengan nama Berkas:Andik Vermansyah.
Salah satu yang cukup dikenang adalah Eri Irianto, pemain timnas era 1990-an yang meninggal dunia pada tanggal 3 April 2000 setelah tiba tiba menderita sakit saat Persebaya menghadapi PSIM Yogyakarta dalam pertandingan Divisi Utama Liga Indonesia 1999/2000. Eri Irianto meninggal di rumah sakit pada malam harinya. Nama Eri kemudian dipakai sebagai nama Wisma/Mess Persebaya yang diresmikan pada tanggal 25 April 1993.
Persebaya pernah mendapat pemain yang sangat berkualitas di ajang Liga Djarum 2005, pemain itu bernama Zeng Cheng ia berposisi sebagai Kiper. Zeng Cheng berasal dari China dan bagusnya ia membela Timnas U-20 China sebagai Kiper Cadangan. Dan sekarang, Zeng Cheng masuk daftar Kiper ketiga di Timnas Senior China.

[sunting] Kejadian kontroversial

Selain itu, dalam perjalanannya, Persebaya beberapa kali mengalami kejadian kontroversial. Saat menjuarai Kompetisi Perserikatan pada tahun 1988, Persebaya pernah memainkan pertandingan yang terkenal dengan istilah "sepak bola gajah" karena mengalah kepada Persipura Jayapura 0-12, untuk menyingkirkan saingan mereka PSIS Semarang yang pada tahun sebelumnya memupuskan impian Persebaya di final kompetisi perserikatan. Taktik ini setidaknya membawa hasil dan Persebaya berhasil menjadi juara perserikatan tahun 1988 dengan menyingkirkan PSMS 3 - 1
Pada Liga Indonesia 2002, Persebaya melakukan aksi mogok tanding saat menghadapi PKT Bontang dan diskors pengurangan nilai. Kejadian tersebut menjadi salah satu penyebab terdegradasinya Persebaya ke divisi I. Tiga tahun kemudian atau tahun 2005, Persebaya menggemparkan publik sepak bola nasional saat mengundurkan diri pada babak delapan besar sehingga memupuskan harapan PSIS dan PSM untuk lolos ke final. Atas kejadian tersebut Persebaya diskors 16 bulan tidak boleh mengikuti kompetisi Liga Indonesia. Namun, skorsing diubah direvisi menjadi hukuman degradasi ke Divisi I Liga Indonesia.

[sunting] Perpecahan dan mundur dari Liga Indonesia

Pada akhir tahun 2010, Persebaya terpecah menjadi dua tim. Satu tim dengan manajer Wisnu Wardhana tetap ikut Divisi Utama Liga Indonesia. Sementara tim lainnya, Persebaya di bawah Saleh Ismail Mukadar mengikuti Liga Primer Indonesia. Persebaya yang berkompetisi di Liga Primer Indonesia akhirnya berganti nama menjadi Persebaya 1927.[1] PT Pengelola Persebaya Indonesia didapuk menjadi pengelola konsorsium untuk PT Persebaya Indonesia. PT Pengelola Persebaya Indonesia didirekturi oleh Llano mahardhika, seorang mantan pegawai BLI. Walaupun akhirnya berhasil menjuarai Liga Primer Indonesia, namun manajemen PT Pengelola Persebaya tetap menimbulkan polemik karena kurangnya sosialisasi terhadap suporter, walaupun program yang dijalankan sangat bagus.

[sunting] Rivalitas Persebaya DU dan Persebaya 1927

Rivalitas pun terjadi. Persebaya DU di bawah pimpinan Wishnu Wardhana dan Wastomi Suheri menganggap bahwa dirinya adalah pemegang surat sah dari PSSI, dan Persebaya DU adalah anggota resmi PSSI. Namun hal ini ditentang oleh Saleh Mukadar yang mengatakan bahwa Persebaya hanya satu, yaitu yang berada di Liga Primer Indonesia. Suasana memanas. Persebaya DU, yang dimotori Wastomi, yang merupakan pemilik dari Yayasan Suporter Surabaya, mengatakan bahwa walaupun berlaga di divisi 7, Persebaya tetap didukung, apapun Persebayanya.
Saat pertandingan pertama Persebaya DU, penonton yang hadir 6.000 orang. Namun, penonton pada akhirnya banyak yang kecewa dengan berbagai sebab :
1. Para pemain Persebaya DU tak ada yang mereka kenal karena hanya merupakan bedol desa dari klub Persikubar Kutai Barat
2. Nomor keramat 19 milik legenda Persebaya, Eri Irianto dipakai oleh pemain Persebaya DU bernama Fendi Taris
Dan pada akhirnya penikmat bola Surabaya pun mulai gusar dengan Persebaya DU. Dengan terus menuai kekalahan dan bantuan penalti dari PSSI era Nurdin Halid, maka penonton pun mulai meninggalkan Persebaya DU.
Pada 11 Januari 2011, Persebaya yang berlaga di LPI memulai laga perdananya melawan Bandung FC. Penonton yang hadir berjumlah 25 ribu orang. Ini sekaligus membuktikan bahwa Persebaya yang berada di LPI lebih dipilih daripada Persebaya bikinan Wisnu Wardhana dan Wastomi Suhari yang berlaga di Divisi Utama.
Di bulan Mei 2011, muncul ide untuk menghancurkan Persebaya 1927 dan melengserkan kepemimpinan PT Pengelola Persebaya Indonesia hingga sekarang.

[sunting] Skuat

Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional pemain sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat saja mempunyai lebih dari satu kewarganegaraan.
No.
Pos. Nama
28 Bendera Indonesia GK Endra Prasetya
1 Bendera Indonesia GK Dimas Galih Pratama
5 Bendera Brasil DF Otavia Dutra
25 Bendera Indonesia DF Sunaji
24 Bendera Indonesia DF Johan Ibo
16 Bendera Republik Makedonia DF Majkl Cvetkovski
6 Bendera Indonesia DF Nur Fasta
2 Bendera Indonesia DF Mat Halil
3 Bendera Indonesia DF Erol Iba
25 Bendera Indonesia DF Khusnul Yuli

No.
Pos. Nama
10 Bendera Indonesia MF Andik Vermansyah
13 Bendera Indonesia MF Lucky Wahyu
11 Bendera Indonesia MF Taufiq
17 Bendera Indonesia MF Arif Ariyanto
4 Bendera Indonesia MF Aulia Ardi
77 Bendera Liberia MF John Tarkpor Sonkaliey
9 Bendera Indonesia MF Ryan Wahyu
14 Bendera Indonesia MF Jusmadi
11 Bendera Indonesia FW Miko Ardiyanto
15 Bendera Indonesia FW Nico Susanto
34 Bendera Indonesia FW Fandi Eko Utomo
27 Bendera Australia FW Andrew Barisic
18 Bendera Indonesia FW I Made Wirahadi

[sunting] Pemain Terkenal

[sunting] Pelatih

[sunting] Prestasi

[sunting] Perserikatan

  • 1938 – Runner-up, kalah dari VIJ Jakarta
  • 1942 – Runner-up, kalah dari Persis Solo
  • 1950 – Juara, menang atas Persib Bandung
  • 1951 – Juara, menang atas Persija Jakarta
  • 1952 – Juara, menang atas Persija Jakarta
  • 1965 – Runner-up, kalah dari PSM Ujungpandang (sekarang PSM Makassar)
  • 1967 – Runner-up, kalah dari PSMS Medan
  • 1971 – Runner-up, kalah dari PSMS Medan
  • 1973 – Runner-up, kalah dari Persija Jakarta
  • 1977 – Runner-up, kalah dari Persija Jakarta
  • 1978 – Juara, menang atas PSMS Medan
  • 1981 – Runner-up, kalah dari Persiraja Banda Aceh
  • 1987 – Runner-up, kalah dari PSIS Semarang
  • 1988 – Juara, menang atas Persija Jakarta
  • 1990 – Runner-up, kalah dari Persib Bandung

[sunting] Liga Indonesia

  • 1994/1995 – Posisi ke-9, Wilayah Timur
  • 1995/1996 – Posisi ke-7, Wilayah Timur
  • 1996/1997Juara
  • 1997/1998dihentikan
  • 1998/1999Runner-up
  • 1999/2000 – Posisi ke-6, Wilayah Timur
  • 2001 – ?
  • 2002 – Degradasi ke Divisi Satu
  • 2003 - Juara Divisi Satu, Promosi ke Divisi Utama
  • 2004Juara
  • 2005 – Mundur dalam babak 8 besar (awalnya diskorsing dua tahun, namun dikurangi menjadi 16 bulan, dan kemudian dikurangi lagi menjadi degradasi ke Divisi Satu)
  • 2006 – Juara Divisi Satu, Promosi ke Divisi Utama
  • 2007 – Posisi ke-14, Wilayah Timur (Tidak lolos ke Super Liga)
  • 2008 – Peringkat ke-4. Mengalahkan PSMS Medan dalam Babak Playoff lewat drama adu penalti. Kemudian, secara otomatis Persebaya lolos ke ISL.

[sunting] Liga Super Indonesia

  • 2009 – degradasi ke Divisi Utama

[sunting] Liga Champions Asia

  • 1998 – Babak pertama (masih bernama Piala Champions Asia)
  • 2005 – Babak pertama